Reliabilitas

(Rabu, 07 November 2007)


Reliabilitas diterjemahkan dari kata reliability. Menurut John M. Echols dan Hasan Shadily (2003: 475) reliabilitas adalah hal yang dapat dipercaya. Popham (1995: 21) menyatakan bahwa reliabilitas adalah "...the degree of which test score are free from error measurement". Dalam pandangan Brennan (2001: 295) reliabilitas merupakan karakteristik skor, bukan tentang tes ataupun bentuk tes.

Menurut Sumadi Suryabrata (2004: 28) reliabilitas menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Hasil pengukuran harus reliabel dalam artian harus memiliki tingkat konsistensi dan kemantapan.
Berdasarkan sejarah, reliabilitas sebuah instrumen dapat dihitung melalui dua cara yaitu kesalahan baku pengukuran dan koefisien reliabilitas (Feldt & Brennan: 105). Kedua statistik di atas memiliki keterbatasannya masing-masing. Kesalahan pengukuran merupakan rangkuman inkonsistensi peserta tes dalam unit-unit skala skor sedangkan koefisien reliabilitas merupakan kuantifikasi reliabilitas dengan merangkum konsistensi (atau inkonsistensi) diantara beberapa kesalahan pengukuran.
Dalam kerangka teori tes klasik, suatu tes dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi apabila skor tampak tes tersebut berkorelasi tinggi dengan skor murninya sendiri. Interpretasi lainnya adalah seberapa tinggi korelasi antara skor tampak pada dua tes yang pararel. (Saifuddin Azwar, 2006: 29). Reliabilitas menurut Ross E. Traub (1994: 38) yang disimbolkan oleh dapat didefinisikan sebagai rasio antara varian skor murni dan varian skor tampak . Secara matematis teori di atas dapat ditulis :

atau

Reliabilitas alat ukur tidak dapat diketahui dengan pasti tetapi dapat diperkirakan. Dalam mengestimasi reliabilitas alat ukur, ada tiga cara yang sering digunakan yaitu (1) pendekatan tes ulang, (2) pendekatan dengan tes pararel dan (3) pendekatan satu kali pengukuran.
Pendekatan tes ulang merupakan pemberian perangkat tes yang sama terhadap sekelompok subjek sebanyak dua kali dengan selang waktu yang berbeda. Asumsinya adalah bahwa skor yang dihasilkan oleh tes yang sama akan menghasilkan skor tampak yang relatif sama. Estimasi dengan pendekatan tes ulang akan menghasilkan koefisien stabilitas. Untuk memperoleh koefisien reliabilitas melalui pendekatan tes ulang dapat dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi linear antara distribusi skor subyek pada pemberian tes pertama dengan skor subyek pada pemberian tes kedua. Pendekatan tes ulang sangat sesuai untuk mengukur ketrampilan terutama ketrampilan fisik.
Estimasi koefisien reliabilitas dengan menggunakan bentuk pararel sangat sulit untuk diwajudkan. Hal ini dikarenakan sulitnya membuat dua tes yang benar-benar dapat dikatakan pararel. Dalam teori tes klasik, dua tes dikatakan pararel jika skor mumi yang didapat dari kedua tes tersebut sama. (T = T')dan varian skor-skor kesalahannya sama ( ). Karena itulah dalam prakteknya, estimasi reliabilitas dengan menggunakan tes pararel jarang digunakan.
Metode estimasi reliabilitas dengan hanya melakukan satu kali pengukuran pada sekelompok subyek yang sama sering disebut konsistensi internal (internal consistency). Metode ini bertujuan untuk melihat konsistensi antar butir atau antar bagian dalam tes itu sendiri. Teknik untuk melakukan estimasi dengan pendekatan satu kali pengukuran ini ada beberapa cara. Yang paling sering digunakan adalah dengan membelah dua tes menjadi dua bagian yang setara, atau menggunakan beberapa rumus reliabilitas seperti rumus dari Flanagan, Rulon, Kuder dan Richardson serta Cronbach.
Untuk mendapatkan estimasi koefisien reliabilitas dengan teknik belah dua, maka tes dibagi menjadi dua bagian yang sama kemudian dicari korelasi antara skor pada belahan pertama dengan skor pada belahan kedua dengan menggunakan rumus dari Spearman Brown yaitu :

Cara lain yang sering digunakan adalah dengan menggunakan rumus reliabilitas alpha dari Cronbach yang merupakan salah satu upaya untuk menggabungkan rumus-rumus estimasi reliabilitas dibawah satu rumus yang umum. Cronbach (1974) sebagaimana dikutip Sumadi Suryabrata (2004: 37) mengusulkan koefisien alpha yang rumusnya adalah sebagai berikut :



Di mana adalah koefisien reliabilitas, n adalah banyaknya butir tes, varian dari skor butir tes dan merupakan varian dari skor total. Berdasarkan rumus di atas dapat dilihat bahwa semakin besar jumlah varian skor butir semakin tinggi juga estimasi reliabilitas yang dihasilkan.
Selain rumus-rumus di atas, masih banyak rumus yang bisa digunakan untuk mengestimasi koefisien reliabilitas. Namun yang terpenting adalah rumus manapun yang dipergunakan, seorang peneliti harus melaporkan teknik yang digunakan untuk mengestimasi koefisien reliabilitasnya sehingga peneliti yang lain dapat mengoreksinya.
Menurut Fernandes (1984: 41) tidak terdapat jawaban umum tentang koefisien reliabilitas tes. Akan tetapi menurut Nunnally (1978: 245) untuk membuat keputusan individual, koefisien relibilitasnya minimal 0,9. Dalam pandangan Djemari Mardapi (2005: 78) meskipun besaran indeks reliabilitas membentang dari 0 sampai 1, koefisien yang dapat diterima minimal 0,7. Koefisien reliabilitas berhubungan erat dengan kesalahan baku pengukuran. Hubungan antara koefisien reliabilitas dengan kesalahan pengukuran dinyatakan dengan persamaan berikut (Crocker & Algina, 1986: 123)

merupakan standar deviasi dari skor total. Hubungan antar indeks reliabilitas dengan kesalahan pengukuran berbanding terbalik. Semakin besar indeks reliabilitas, maka kesalahan pengukuran semakin kecil dan semakin kecil indeks reliabilitas maka kesalahan pengukuran semakin besar.

Posted in Diposting oleh Penelitian dan Evaluasi Pendidikan di 15.16  

0 komentar:

 
Copyright 2005-2007. Hello Wiki designed by Fen, Arsip by Blog Tutorial.